Malu adalah identitas budaya Timur, sekaligus sifat
asasi dari manusia. Pada Indonesia sendiri budaya malu sepertinya telah
mendarah daging dan juga mempengaruhi pola hidup masyarakat itu sendiri. Rasa
malu itulah yang dianggap bisa membedakan manusia dengan binatang. Malu menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka berarti, merasa sangat tak
senang karena berbuat sesuatu yang kurang baik, merasa berkekurangan.
Sebenarnya budaya malu dapat menimbulkan efek negative dan positif bagi
masyarakat.
Efek
negative yang ditimbulkan budaya malu adalah terjadinya kurang percaya diri
pada diri masyarakat. Namun, efek positif nya masyarakat menjadi mempunyai
batasan-batasan tingkah laku yang telah menjadi kebudayaan timur khususnya
Indonesia. Alasan penulis ingin membahas masalah ini. Karena penuls melihat
sudah banyak terkikis budaya malu di masyarakat kita. Pada zaman yang modern
ini, menurut pendapat penulis justru terkikisnya budaya malu lebih memberikan
efek negative kepada masyarakat dari pada efek positif yang diberikan (meskipun
ada efek positif yang dirasakan). Ditambah lagi engan globalisasi yang ada
masyarkat timur menjadikan kebudayaan masyarakat barat sebagai kiblat.
Celakanya, ada beberapa masyarakat yang menelan mentah-mentah globalisasi tanpa
melakukan penyaringan.
Apa
Itu Budaya Malu
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, malu bisa berarti merasa sangat tidak enak hati, karena
berbuat sesuatu yang kurang baik, segan melakukan sesuatu karena ada rasa hormat
(Tim Redaksi KBBI, 2001: 706). Jadi, maksud malu yang merupakan salah satu
akhlak mulia adalah malu untuk berbuat sesuatu yang kurang baik, hina, atau
rendah. Orang yang malu di sini adalah orang yang tidak mau melakukan perbuatan
salah dan hina yang dapat merendahkan dirinya di mata orang lain.
Penyandang rasa malu secara alami ingin
menyembunyikan diri dari orang lain karena perasaan tidak nyaman jika
perbuatannya diketahui oleh orang lain. Oleh sebab itu budaya malu adalah suatu
yang sangat penting dalam kehidupan manusia dalam masyarakat karena rasa malu
adalah kontrol alami manusia agar terhindar dari perbuatan – perbuatan yang
melanggar hukum, atau norma – norma yang berlaku di kehidupan masyarakat.
Budaya malu sangat erat kaitannya dengan kemajuan peradaban masyarakat,
tingginya budaya malu di dalam suatu kelompok masyarakat akan meningkatkan
kualitas keberadaban masyrakat. Budaya malu membuat kehidupan lebih tertata
sehingga energi positif akan membuat aspek – aspek kehidupan akan berjalan
dengan baik yang akan menciptakan kehidupan yang sejahtera dan damai. Namun,
budaya malu juga bisa menghambat perkembangan masyarakat terutama pada bidang ak
d
Faktor
Munculnya Rasa Malu
Kita
tidak dilahirkan dengan konsep diri. Konsep diri berasal dan berakar dari
budaya yang telah ada di masyarakat, terutama sebagai akibat dari hubungan kita
dengan orang lain. Bagaimana orang lain memperlakukan kita, kita menangkap
pantulan tentang diri kita, dan membentuk gagasan dalam diri kita seperti
apakah kita ini sebagai pribadi. Dalam penumbuhan rasa malu ini, orang tua
memegang peranan penting. Salah satu sifat pembawaan seorang anak kecil, yaitu
ingin dianggap dirinya besar. Itulah sebabnya anak kecil sering meniru semua
perlakuan orang dewasa.
Anak
kecil akan merassa terganggu jiwanya bilamana keinginan tersebut tidak tercapai
seluuruhnya. Anak akan menjadi bingung, jika ia ditertawakan karena telah
berbuat sesuatu yang tidak tepat. Hal itu mempunyai pengaruh cukup serius bagi
perkembangan jiwa ank dikemudian hari. Seorang anak yang sering ditertawakan,
ia akan merasa bahwa orang-orang yang melihatna menganggap ia lebih kecil dari
yang ia sangka atau khayalkan. Maka, ia akan berkembang menjadi seorang anak
yang selalu ragu-ragu dan kurang berani mengambil inisiatif dalam bertindak.
Dari situ muncul lah rasa malu. Jiwa nya terasa dipermalukan, sehingga untuk
waktu selanjutnya ia akan membiasakan diri. Anak akan menjadi seorang yang
pendiam dan pemalu. Maka dari situ muncul lah rasa malu pada diri seseorang.
Faktor
Penyebab Hilangnya Rasa Malu
Seringkali
kita mendengar kalimat, 'Dasar tak tahu malu', atau 'Sudah putus urat malunya'
yang ditujukan pada orang-orang yang dinilai tak punya rasa malu. Jika sudah
mulai hilang rasa 'malunya' karena itu artinya ada bagian di otak yang sudah
mengalami kerusakan. Ilmuwan dari University of California, San Francisco dan
University of California, Berkeley berhasil mengungkapkan bagian mana dari otak
yang sangat bertanggungjawab terhadap muncul tidaknya rasa malu.
Menurut penelitinya Virginia Sturm, timnya telah mengidentifikasi adanya bagian otak di sebelah kanan depan yang disebut 'pregenual anterior cingulate cortex' sebagai penyebab kunci rasa malu manusia.
"Ini adalah wilayah otak yang bisa memprediksi perilaku seseorang. Semakin kecil bagian otak ini maka semakin sedikit orang punya rasa malu," kata Virginia seperti dilansir dari Sciencedaily.
Pusat malu di bagian 'pregenual anterior cingulate cortex' ini posisinya berada jauh di dalam otak yakni sebelah kanan depan. Fungsi lain dari bagian otak ini antara lain mengatur detak jantung dan pernapasan, emosi, perilaku kecanduan dan pengambilan keputusan. Maka itu pada orang yang otaknya sehat, ketika merasa malu bagian otak ini akan berfungsi maksimal. Rasa malunya akan membuat tekanan darah menjadi naik, detak jantung meningkat atau terjadi perubahan napas.
Tapi pada orang yang memiliki rasa malu yang rendah seperti pada penderita Alzheimer atau demensia (pikun), otak di bagian ini ukurannya lebih kecil dari biasanya. Mereka umumnya menjadi lebih acuh terhadap hal-hal yang menurut orang memalukan karena bagian otak 'pregenual anterior cingulate cortex' seperti 'dibutakan' terhadap rasa malu.
"Bila Anda kehilangan kemampuan otak di daerah ini, Anda akan kehilangan respons rasa malu," kata Virginia seperti dikutip LiveScience.
Para ilmuwan meyakini bahwa semakin besar wilayah otak tertentu maka semakin kuat kerja otak yang terkait dengan fungsinya itu. Contohnya, orang dengan kepribadian terbuka (ekstrovert) memiliki pusat pengolahan otak yang lebih besar, sedangkan orang yang gampang cemas punya pusat deteksi kesalahan yang lebih besar.
Pengaruh globalisasi yang emngakibatkan tidak adanya batas dari satu Negara ke Negara yang lain mengakibatkan mudah nya petukaran informasi yang juga termasuk perubahan budaya disuatu Negara karena mengadopsi buday dari Negara lain. Hilangnya rasa malu juga bisa diiiakibatkan dari adanya globalisasi. Seks bebas yang awalnya dipandang tabuh dan masyarakat malu untuk memperbincangkannya, karena adanya globalisasi yang menjadikan kebudayaan barat sebagai kiblat, maka masyarakat bahkan tidak merasa tabuh atau malu lagi untuk memperbincangkan persoalan seks. Disisi lain juga bisa dilihat dari cara berpakaian. Awalnya masyarakat Indonesia malu untuk mengenakan pakaian terbuka atau menonjolkan bagian-bagian tertentu. Dan sekarang karena dampak globalisasi, masyarakat sudah tidak lagi malu umtuk menggunakan pakaian yang terbuka bahkan ke tempat umum sekalipun, karena itu sudah dianggap wajar.
Menurut penelitinya Virginia Sturm, timnya telah mengidentifikasi adanya bagian otak di sebelah kanan depan yang disebut 'pregenual anterior cingulate cortex' sebagai penyebab kunci rasa malu manusia.
"Ini adalah wilayah otak yang bisa memprediksi perilaku seseorang. Semakin kecil bagian otak ini maka semakin sedikit orang punya rasa malu," kata Virginia seperti dilansir dari Sciencedaily.
Pusat malu di bagian 'pregenual anterior cingulate cortex' ini posisinya berada jauh di dalam otak yakni sebelah kanan depan. Fungsi lain dari bagian otak ini antara lain mengatur detak jantung dan pernapasan, emosi, perilaku kecanduan dan pengambilan keputusan. Maka itu pada orang yang otaknya sehat, ketika merasa malu bagian otak ini akan berfungsi maksimal. Rasa malunya akan membuat tekanan darah menjadi naik, detak jantung meningkat atau terjadi perubahan napas.
Tapi pada orang yang memiliki rasa malu yang rendah seperti pada penderita Alzheimer atau demensia (pikun), otak di bagian ini ukurannya lebih kecil dari biasanya. Mereka umumnya menjadi lebih acuh terhadap hal-hal yang menurut orang memalukan karena bagian otak 'pregenual anterior cingulate cortex' seperti 'dibutakan' terhadap rasa malu.
"Bila Anda kehilangan kemampuan otak di daerah ini, Anda akan kehilangan respons rasa malu," kata Virginia seperti dikutip LiveScience.
Para ilmuwan meyakini bahwa semakin besar wilayah otak tertentu maka semakin kuat kerja otak yang terkait dengan fungsinya itu. Contohnya, orang dengan kepribadian terbuka (ekstrovert) memiliki pusat pengolahan otak yang lebih besar, sedangkan orang yang gampang cemas punya pusat deteksi kesalahan yang lebih besar.
Pengaruh globalisasi yang emngakibatkan tidak adanya batas dari satu Negara ke Negara yang lain mengakibatkan mudah nya petukaran informasi yang juga termasuk perubahan budaya disuatu Negara karena mengadopsi buday dari Negara lain. Hilangnya rasa malu juga bisa diiiakibatkan dari adanya globalisasi. Seks bebas yang awalnya dipandang tabuh dan masyarakat malu untuk memperbincangkannya, karena adanya globalisasi yang menjadikan kebudayaan barat sebagai kiblat, maka masyarakat bahkan tidak merasa tabuh atau malu lagi untuk memperbincangkan persoalan seks. Disisi lain juga bisa dilihat dari cara berpakaian. Awalnya masyarakat Indonesia malu untuk mengenakan pakaian terbuka atau menonjolkan bagian-bagian tertentu. Dan sekarang karena dampak globalisasi, masyarakat sudah tidak lagi malu umtuk menggunakan pakaian yang terbuka bahkan ke tempat umum sekalipun, karena itu sudah dianggap wajar.
Akibat
Positif Hilangnya Rasa Malu
Akibatnya
positif hilangnya rasa malu adalah rasa malu akan menimbulkan stigmatisasi atau
disebut disintegrative shamin. Rasa malu juga menghasilkan penjunjungan tinggi
etika moral dalam kaitannya dengan pencegahan tindak kejahatan. Secara umum
rasa malu bisa juga menjadi aturan hukum bagi masyarakat. Masyarakat menjadi
malu melakukan kejahatan karena mereka tidak ingin dikucilkan dari lingkungan
nya.
Memerangi
rasa malu merupakan dasar-dasar yang sangat penting untuk kesehatan psikolog
dan harga diri psikolog (kepercayaan diri). Ini bisa dilihat dari kurikulum
pendidikan, kita harus menghilangkan rasa malu, memahami rasa malu, belajar
untuk menerima rasa malu tanpa membatinkannya. Misalnya, malu bertanya untuk
pengetahuan yang baru. Ini bisa dilihat dari di SD, SMP, SMA, bahkan
universitas di Indonesia. Bila dosen atau guru menanyakan sebuah soal, tak ada
satu pun yang berinisiatif mengangkat tangan untuk menjawab. Biasa nya mereka harus ditunjuk
supaya mau menjawab. Itu akibat dari rasa malu, mereka tau jawabannya etapi
merasa malu atau tidak sepantasnya menonjolakan diri. Mereka terlalu malu
dicibir bila mengangkat tangan terlebih jika jawaban mereka salah. Disitu
pentingnya hilangnya rasa malu. Sebaiknya kita menghilangkan rasa malu tersebut
agar kita dapat mendapatkan pengetahuan yang lebih. Di dalam zaman demokrasi
ini hilang rasa malu juga sangat penting dalam penyampaian pendapat. Misalnya,
pendapat yang dapat membangun Negara.
Malu
juga berfungsi mengontrol dan mengendalikan seseorang dari segala sikap dan perbuatan
yang dilarang oleh agama. Orang yang yang tidak memiliki sifat malu akan bebas melakukan
apa saja yang diinginkan hawa nafsunya.
Akibat
Negatif Hilangnya Rasa Malu
Akibat negatif
hilangnya rasa malu adalah munculnya ‘narsisme’ yang ada dimasyarakat. Narsisme
ini adalah sikap yang seolah-olah menganggap dirinya “lebih” dalam segala hal
dibandingkan dengan orang lain. Seringkali perilaku narsisisme mengarah kepada
obsesi pada diri sendiri sehingga mengabaikan orang lain dan tidak memedulikan orang di sekitarnya.
Perilaku narsisisme ini sudah merambah luas dan menjadi semacam model dalam
pergaulan bangsa kita, terutama anak-anak muda. Jika narsisisme ini berada pada
tingkatan yang tinggi, dikhawatirkan akan menghambat kemajuan peradaban bangsa
dengan hilangnya rasa malu.
Rasa
malu semestinya merupakan budaya yang lazim “dianut” oleh karakter
bangsa-bangsa timur. Kenyataannya, budaya malu perlahan-lahan mulai menghilang
dengan proses pembauran yang global. Tanpa malu-malu, karakter budaya ketimuran
mulai mengadopsi karakter budaya kebaratan yang kadang-kadang “tidak tahu
malu”, semisal pergaulan bebas dan cara berpakaian. Hal ini tentu tidak
dibenarkan dan sebaiknya diharuskan untuk memiliki rasa malu. Orang tidak
lagi berbuat malu ketika auratnya dilihat orang lain, bahkan sengaja dipertontonkan
untuk membuat sensasi dan mengajak orang lain masuk dalam perangkapnya. Orang tidak
malu lagi melakukan suap, baik yang menyuap maupun yang disuap merasa bangga
memberitahukan kepada orang lain. Dan masih banyak lagi contoh yang lain. Di
sinilah malu sangat berharga untuk mengontrol keinginan manusia dalam mengumbar
nafsunya. Hilangnya rasa malu merupakan awal dari bencana kehancuran moral manusia.
Contoh lainnya adalah, Penambahan volume sampah puluhan juta ton disetiap
harinya di seluruh daerah yang mengakibatkan beberapa daerah banjir bandang,
hal tersebut dikarenakannya tidak adanya rasa malu warga membuang samapah tidak
pada temmpatnya, dari berbagai kajian pokok masalah terletak pada
kurangnya kesadaran masyarakat dalam membuang sampah di tempatnya. Bukan
hal aneh, masyarakat kita membuang sampah secara sembarangan. Masyarakat
kita seolah tak punya rasa risih dengan membuang sampah secara sembarangan.
Kemudian dengan beranggapan sepele, tidak menyadari dari smpah yang sedikit
kemudian menumpuk yang selanjutnya mengakibatkan banjir bandang, kemudian
menyalahkan pemerintah dan menuntut pemerintah untuk menanggulanginya.
Jadi
sangat pantaslah kita semua menjaga sifat malu karena malu merupakan perilaku
yang mulia dan hal yang paling sempurna. Tingkat keimanan juga dapat dibentuk
dari rasa malu yang dimiliki oleh seseorang.
Rasa
malu? Hilangkan atau budayakan?
Rasa
malu mempunyai manfaat yang bisa ditinjau dari dua sisi, yaitu rasa malu bisa
menjadi patokan atau batasan tingkah laku kita, sedangkan disisi lain rasa malu
akan menghambat kita mendapat ilmu pengetahuan yang baru atau bahkan
berkomunikasi dengan orang yang baru. Rasa malu juga bisa menjadi batasan hukum
untuk kita. Malu untuk melanggar hukum karena terlalu malu diguncingkan oleh
orang lain atau dikucilkan dari masyarakat.
Namun,
kenyatannya Rasa malu masih saja sangat mahal di semua strata. Warga biasa belum
merasa malu membuang sampah sembarangan, berkendara sembarangan, dan parkir
sembarangan. Di kalangan elite, rasa malu juga masih tertahan di awang-awang. Itulah
yang membuat korupsi berbiak, berkembang ke mana-mana, dan terus dilakukan
kendati koruptor silih berganti dibekuk dan dibui. Korupsi telah mencengkeram
penyelenggara negara mulai level terendah sampai menteri. Mereka yang telah
menjadi tersangka kasus korupsi pun tak punya rasa malu. Jangankan mengaku
salah, mereka malah gigih mempertahankan kursi kekuasaan dengan berlindung di
balik lemahnya undang-undang yang cuma mengharuskan pejabat lepas jabatan
setelah ada kekuatan hukum tetap.
Namun,
disisi lain budaya malu juga harus dihilangkan pada saat saat tertentu.
Misalnya, Bagi Surya, budaya malu dengan meminta maaf apabila melakukan
kekeliruan ialah sebuah kemestian. Kekeliruan merupakan kodrat manusia dan
manusia yang bijak harus mau berbesar hati saat melakukan kekeliruan itu. "Saya
menekankan untuk jangan mahal dalam mengucapkan kata maaf apabila terdapat
kesalahan ataupun kekhilafan. Itu manusiawi. Katakan itu ada kesalahan,
kekhilafan, dan perbaiki, agar terdapat tren baru yang positif di negara
ini," tegas Surya saat membuka sekolah legislatif Partai NasDem di
Jakarta, Minggu (14/9). Kebanyakan masyarakat kita pun terlalu malu untuk
menyampaikan pendapatnya, mereka hanya menggunjingkan dibelakang. Dan juga bisa
dilihat dari praktek-praktek diskusi, orang-orang yang malu menyampaikan
pendapat lebih cenderung pasif dan hanya menggangguk-ngangguk.
Jadi,
sebenarnya kita harus pandai menempatkan rasa malu ini didalam tubuh kita. Kita
tidak boleh menghilangkan rasa malu tersebut namun kita juga tidak boleh
membiarkan rasa malu tersebut menguasai tubuh kita sepenuhnya.
Cara
Memulihkan Budaya Rasa Malu
Semakin maju sebuah bangsa, semakin kuat budaya malu
mereka. Semakin beradab sebuah bangsa, semakin kukuh budaya malu menjadi
pijakan mereka dalam kehidupan sehari-hari.Itulah yang secara gamblang
ditunjukkan negara-negara maju. Sebaliknya di Indonesia, budaya malu justru
menjadi barang yang semakin langka. Budaya malu tidak hanya kian terkikis,
bahkan nyaris habis hampir tak tersisa di kehidupan seluruh level
masyarakat.Tak terbilang seruan dari sejumlah kalangan agar kita menjadikan
budaya malu sebagai panduan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Tetapi seruan tersebut ibarat berteriak di hamparan padang sahara, seruan demi
seruan itu hilang begitu saja terbawa angin. Amat sedikit yang mendengarkan dan
peduli terhadap seruan tersebut.Rasa malu masih saja sangat mahal di semua
lapisan masyarakat Indonesia, baik dari kalangan pejabat tinggi, aparat hokum
bahkan masyarakat pada umumnya.
Akhirnya,
kita harus bisa membedakan pada saat kapan kita harus mengontrol rasa malu kita
atau pada saat kapan kita harus meninggalkan rasa malu kita. Cara memulihkan
budaya rasa malu itu bisa dengan kita mengadakan sosialisasi kepada masyarakat
dengan memberi tahu dampaknya bila tidak
adanya budaya malu. Misalnya, Dengan melihat hal kecil yang
terjadi sekarang kemudian bisa berefek banyak hal. Dan juga kita harus memilih
pemimpin yang mempunyai rasa malu dan dapat mengontrol rasa malu tersebut
karena, tindak tanduk masyarakat yang demikian juga menjadi tanggung jawab
seorang pemimpin untuk menyadarkan dan melakukan contoh dalam mengubah budaya
masyarakat, tentunya andilnya pemimpin dalam menanamkan rasa malu pada
masyarakat yang dipimpinnya. Hal ini tidak luput dari penanaman rasa malu pada
diri pribadi pemimpin sendiri terlebih dahulu, sebab pemimpinlah yang akan
menjadi contoh dan panutan bagi para pengikutnya.
Rasa
malu mesti dimiliki oleh semua pemimpin di negeri ini, karena seseorang yang
bersemayam rasa malu pada dirinya, dia tidak akan pernah mau melakukan suatu
perbuatan atau tindakan yang memalukan sehingga tindakan yang dilakukan juga
akan menjadi contoh untuk pengikutnya. Jadi diperluak seorang pemimpin yang
menegakkan budaya malu, malu untuk melakukan hal-hal yang jelas bernialai
merugikan diri sendiri, dan juga masyarakat luas. Sehingga dalam hal ini sangat
dibutuhkan sekali peranan pemimpin untuk mengubah paradigm budaya yang sudah
tidak lagiu dienyahkan oleh masyarakat kebanyakan seperti budaya malu tersebut
untuk menyadarkan kepada seluruh masyarakat akan pentingnya memperhatikan
hal-hal terkecil yang juga akan berakibnat fatal bagi kehidupan sehari-hari.
Masih banyak cara dan meteode ayang dilakukan pemimpin untuk merubah dan
membangun pola piker ataupun kesadaran diri masyarakat. Sebab, seorang
pemimpinlah yang akan menjadi tonggak dan tumpuan bagi masyarakat sehingga
pemimpin akan lebih mudah menghimbau, meminta, dan menanamkan hal-hal yang
berkenaan dengan kesadaran diri dalam kehidupan masyarakat, termasuk menanamkan
dan melestarikan budaya malu tersebut.
Dengan
demikian budaya malu merupakan satu kearifan timur yang harus dijaga
kelestariannya pada jiwa pribadi masing masing pada umumnya, terkhusus pada
seorang pemimpin untuk membudayakan hal tersebut kepada masyarakat, banjir,
tanh lonsor, kecelakaan lalulintas, kemacetan jalan raya dan yang lainnya yang
terjadi di beberapa daerah adalah buh dari hilangnya rasa malu dalam pribadi
masyarakat, hal ini tentunya menjadi tanggung jawab seorang pemimpin atau stoke
holder yang ada dalam lingkungan masyarakat untuk menamnamkan kesadaran diri
dan melestarikan beudaya malu tersebut. Peranan pemimpin dalam suatu masyarakat
merupakan sub pokok untuk merubah paradigm berfikir masyarakat, sehingga sikap
pemimpin untuk merubah dan mengarahkan masyarakat dalam menanamkan budaya malu
tesebut sangat dibutuhkan untuk menciptakan masyarakat yang harmonis, yang
dinamis, aman, nyaman, dan tentram, bebas dari banjir, bau busuk sampah, dan
kisruhnya lalu lintas. Venomena seperti ini merupakan satu venomena karena
tertanamnya budaya malu dalam diri masyarakat dan lahirnya kesadaran dari pada
masyarakat untuk menjaga diri dan lingkungan sekitarnya. Malu jika melanggar
lalulintas, malu jika membuang sampah sembarangan, malu jika dirinya melakukan
kesalahan dan malu jika dirinya tidak berbuat sedikitpun untuk Indonesia.
Referensi
Penyebab
Orang Tidak Punya Rasa Malu: http://www.apakabardunia.com/2011/04/penyebab-orang-tidak-punya-rasa-malu.html
Narsisme
dan Hilangnya Rasa Malu: http://www.acehinstitute.org/id/pojok-publik/sosial-budaya/item/115-narsisisme-dan-hilangnya-rasa-malu.html
Dr. J. F. Shipley, Rasa Malu Sebagai Hambatan Kemajuan:Kanisius
Budiman Hakim, Lenturan
tapi Relevan: Galangpress Group
Tanam
dan Lestarikan Budaya Malu: http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=16323&type=9#.VIspC5SSz68
Dr. Marzuki, M. Ag, Pudarnya Budaya Malu
Budaya
Malu dan Kehidupan : http://sosbud.kompasiana.com/2014/08/06/budaya-malu-dan-kehidupan-667407.html
Yesmil Anwar, Adang, Pembaruan Hukum Pidana:Grasiondo(2008)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar