Sabtu, 13 Desember 2014

Pudarnya Rasa Malu

Malu adalah identitas budaya Timur, sekaligus sifat asasi dari manusia. Pada Indonesia sendiri budaya malu sepertinya telah mendarah daging dan juga mempengaruhi pola hidup masyarakat itu sendiri. Rasa malu itulah yang dianggap bisa membedakan manusia dengan binatang. Malu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka berarti, merasa sangat tak senang karena berbuat sesuatu yang kurang baik, merasa berkekurangan. Sebenarnya budaya malu dapat menimbulkan efek negative dan positif bagi masyarakat.
            Efek negative yang ditimbulkan budaya malu adalah terjadinya kurang percaya diri pada diri masyarakat. Namun, efek positif nya masyarakat menjadi mempunyai batasan-batasan tingkah laku yang telah menjadi kebudayaan timur khususnya Indonesia. Alasan penulis ingin membahas masalah ini. Karena penuls melihat sudah banyak terkikis budaya malu di masyarakat kita. Pada zaman yang modern ini, menurut pendapat penulis justru terkikisnya budaya malu lebih memberikan efek negative kepada masyarakat dari pada efek positif yang diberikan (meskipun ada efek positif yang dirasakan). Ditambah lagi engan globalisasi yang ada masyarkat timur menjadikan kebudayaan masyarakat barat sebagai kiblat. Celakanya, ada beberapa masyarakat yang menelan mentah-mentah globalisasi tanpa melakukan penyaringan.

Apa Itu Budaya Malu
            Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, malu bisa berarti merasa sangat tidak enak hati, karena berbuat sesuatu yang kurang baik, segan melakukan sesuatu karena ada rasa hormat  (Tim Redaksi KBBI, 2001: 706).  Jadi, maksud malu yang merupakan salah satu akhlak mulia adalah malu untuk berbuat sesuatu yang kurang baik, hina, atau rendah. Orang yang malu di sini adalah orang yang tidak mau melakukan perbuatan salah dan hina yang dapat merendahkan dirinya di mata orang lain.
             Penyandang rasa malu secara alami ingin menyembunyikan diri dari orang lain karena perasaan tidak nyaman jika perbuatannya diketahui oleh orang lain. Oleh sebab itu budaya malu adalah suatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia dalam masyarakat karena rasa malu adalah kontrol alami manusia agar terhindar dari perbuatan – perbuatan yang melanggar hukum, atau norma – norma yang berlaku di kehidupan masyarakat. Budaya malu sangat erat kaitannya dengan kemajuan peradaban masyarakat, tingginya budaya malu di dalam suatu kelompok masyarakat akan meningkatkan kualitas keberadaban masyrakat. Budaya malu membuat kehidupan lebih tertata sehingga energi positif akan membuat aspek – aspek kehidupan akan berjalan dengan baik yang akan menciptakan kehidupan yang sejahtera dan damai. Namun, budaya malu juga bisa menghambat perkembangan masyarakat terutama pada bidang ak d

Faktor Munculnya Rasa Malu
            Kita tidak dilahirkan dengan konsep diri. Konsep diri berasal dan berakar dari budaya yang telah ada di masyarakat, terutama sebagai akibat dari hubungan kita dengan orang lain. Bagaimana orang lain memperlakukan kita, kita menangkap pantulan tentang diri kita, dan membentuk gagasan dalam diri kita seperti apakah kita ini sebagai pribadi. Dalam penumbuhan rasa malu ini, orang tua memegang peranan penting. Salah satu sifat pembawaan seorang anak kecil, yaitu ingin dianggap dirinya besar. Itulah sebabnya anak kecil sering meniru semua perlakuan orang dewasa.
            Anak kecil akan merassa terganggu jiwanya bilamana keinginan tersebut tidak tercapai seluuruhnya. Anak akan menjadi bingung, jika ia ditertawakan karena telah berbuat sesuatu yang tidak tepat. Hal itu mempunyai pengaruh cukup serius bagi perkembangan jiwa ank dikemudian hari. Seorang anak yang sering ditertawakan, ia akan merasa bahwa orang-orang yang melihatna menganggap ia lebih kecil dari yang ia sangka atau khayalkan. Maka, ia akan berkembang menjadi seorang anak yang selalu ragu-ragu dan kurang berani mengambil inisiatif dalam bertindak. Dari situ muncul lah rasa malu. Jiwa nya terasa dipermalukan, sehingga untuk waktu selanjutnya ia akan membiasakan diri. Anak akan menjadi seorang yang pendiam dan pemalu. Maka dari situ muncul lah rasa malu pada diri seseorang.

Faktor Penyebab Hilangnya Rasa Malu
            Seringkali kita mendengar kalimat, 'Dasar tak tahu malu', atau 'Sudah putus urat malunya' yang ditujukan pada orang-orang yang dinilai tak punya rasa malu. Jika sudah mulai hilang rasa 'malunya' karena itu artinya ada bagian di otak yang sudah mengalami kerusakan. Ilmuwan dari University of California, San Francisco dan University of California, Berkeley berhasil mengungkapkan bagian mana dari otak yang sangat bertanggungjawab terhadap muncul tidaknya rasa malu.
            Menurut penelitinya Virginia Sturm, timnya telah mengidentifikasi adanya bagian otak di sebelah kanan depan yang disebut 'pregenual anterior cingulate cortex' sebagai penyebab kunci rasa malu manusia.
            "Ini adalah wilayah otak yang bisa memprediksi perilaku seseorang. Semakin kecil bagian otak ini maka semakin sedikit orang punya rasa malu," kata Virginia seperti dilansir dari Sciencedaily.
            Pusat malu di bagian 'pregenual anterior cingulate cortex' ini posisinya berada jauh di dalam otak yakni sebelah kanan depan. Fungsi lain dari bagian otak ini antara lain mengatur detak jantung dan pernapasan, emosi, perilaku kecanduan dan pengambilan keputusan. Maka itu pada orang yang otaknya sehat, ketika merasa malu bagian otak ini akan berfungsi maksimal. Rasa malunya akan membuat tekanan darah menjadi naik, detak jantung meningkat atau terjadi perubahan napas.
            Tapi pada orang yang memiliki rasa malu yang rendah seperti pada penderita Alzheimer atau demensia (pikun), otak di bagian ini ukurannya lebih kecil dari biasanya. Mereka umumnya menjadi lebih acuh terhadap hal-hal yang menurut orang memalukan karena bagian otak 'pregenual anterior cingulate cortex' seperti 'dibutakan' terhadap rasa malu.
            "Bila Anda kehilangan kemampuan otak di daerah ini, Anda akan kehilangan respons rasa malu," kata Virginia seperti dikutip LiveScience.
            Para ilmuwan meyakini bahwa semakin besar wilayah otak tertentu maka semakin kuat kerja otak yang terkait dengan fungsinya itu. Contohnya, orang dengan kepribadian terbuka (ekstrovert) memiliki pusat pengolahan otak yang lebih besar, sedangkan orang yang gampang cemas punya pusat deteksi kesalahan yang lebih besar.
            Pengaruh globalisasi yang emngakibatkan tidak adanya batas dari satu Negara ke Negara yang lain mengakibatkan mudah nya petukaran informasi yang juga termasuk perubahan budaya disuatu Negara karena mengadopsi buday dari Negara lain. Hilangnya rasa malu juga bisa diiiakibatkan dari adanya globalisasi. Seks bebas yang awalnya dipandang tabuh dan masyarakat malu untuk memperbincangkannya, karena adanya globalisasi yang menjadikan kebudayaan barat sebagai kiblat, maka masyarakat bahkan tidak merasa tabuh atau malu lagi untuk memperbincangkan persoalan seks. Disisi lain juga bisa dilihat dari cara berpakaian. Awalnya masyarakat Indonesia malu untuk mengenakan pakaian terbuka atau menonjolkan bagian-bagian tertentu. Dan sekarang karena dampak globalisasi, masyarakat sudah tidak lagi malu umtuk menggunakan pakaian yang terbuka bahkan ke tempat umum sekalipun, karena itu sudah dianggap wajar.

Akibat Positif Hilangnya Rasa Malu
            Akibatnya positif hilangnya rasa malu adalah rasa malu akan menimbulkan stigmatisasi atau disebut disintegrative shamin. Rasa malu juga menghasilkan penjunjungan tinggi etika moral dalam kaitannya dengan pencegahan tindak kejahatan. Secara umum rasa malu bisa juga menjadi aturan hukum bagi masyarakat. Masyarakat menjadi malu melakukan kejahatan karena mereka tidak ingin dikucilkan dari lingkungan nya.
            Memerangi rasa malu merupakan dasar-dasar yang sangat penting untuk kesehatan psikolog dan harga diri psikolog (kepercayaan diri). Ini bisa dilihat dari kurikulum pendidikan, kita harus menghilangkan rasa malu, memahami rasa malu, belajar untuk menerima rasa malu tanpa membatinkannya. Misalnya, malu bertanya untuk pengetahuan yang baru. Ini bisa dilihat dari di SD, SMP, SMA, bahkan universitas di Indonesia. Bila dosen atau guru menanyakan sebuah soal, tak ada satu pun yang berinisiatif mengangkat tangan untuk  menjawab. Biasa nya mereka harus ditunjuk supaya mau menjawab. Itu akibat dari rasa malu, mereka tau jawabannya etapi merasa malu atau tidak sepantasnya menonjolakan diri. Mereka terlalu malu dicibir bila mengangkat tangan terlebih jika jawaban mereka salah. Disitu pentingnya hilangnya rasa malu. Sebaiknya kita menghilangkan rasa malu tersebut agar kita dapat mendapatkan pengetahuan yang lebih. Di dalam zaman demokrasi ini hilang rasa malu juga sangat penting dalam penyampaian pendapat. Misalnya, pendapat yang dapat membangun Negara.
                Malu juga berfungsi mengontrol dan mengendalikan seseorang dari segala sikap dan perbuatan yang dilarang oleh agama. Orang yang yang tidak memiliki sifat malu akan bebas melakukan apa saja yang diinginkan hawa nafsunya.

Akibat Negatif Hilangnya Rasa Malu
            Akibat negatif hilangnya rasa malu adalah munculnya ‘narsisme’ yang ada dimasyarakat. Narsisme ini adalah sikap yang seolah-olah menganggap dirinya “lebih” dalam segala hal dibandingkan dengan orang lain. Seringkali perilaku narsisisme mengarah kepada obsesi pada diri sendiri sehingga mengabaikan orang lain  dan tidak memedulikan orang di sekitarnya. Perilaku narsisisme ini sudah merambah luas dan menjadi semacam model dalam pergaulan bangsa kita, terutama anak-anak muda. Jika narsisisme ini berada pada tingkatan yang tinggi, dikhawatirkan akan menghambat kemajuan peradaban bangsa dengan hilangnya rasa malu.  
            Rasa malu semestinya merupakan budaya yang lazim “dianut” oleh karakter bangsa-bangsa timur. Kenyataannya, budaya malu perlahan-lahan mulai menghilang dengan proses pembauran yang global. Tanpa malu-malu, karakter budaya ketimuran mulai mengadopsi karakter budaya kebaratan yang kadang-kadang “tidak tahu malu”, semisal pergaulan bebas dan cara berpakaian. Hal ini tentu tidak dibenarkan dan sebaiknya diharuskan untuk memiliki rasa malu.  Orang tidak lagi berbuat malu ketika auratnya dilihat orang lain, bahkan sengaja dipertontonkan untuk membuat sensasi dan mengajak orang lain masuk dalam perangkapnya. Orang tidak malu lagi melakukan suap, baik yang menyuap maupun yang disuap merasa bangga memberitahukan kepada orang lain. Dan masih banyak lagi contoh yang lain. Di sinilah malu sangat berharga untuk mengontrol keinginan manusia dalam mengumbar nafsunya. Hilangnya rasa malu merupakan awal dari bencana kehancuran moral manusia. Contoh lainnya adalah, Penambahan volume sampah puluhan juta ton disetiap harinya di seluruh daerah yang mengakibatkan beberapa daerah banjir bandang, hal tersebut dikarenakannya tidak adanya rasa malu warga membuang samapah tidak pada temmpatnya,  dari berbagai kajian pokok masalah terletak pada kurangnya kesadaran masyarakat dalam membuang sampah di tempatnya. Bukan hal  aneh, masyarakat kita membuang sampah secara sembarangan. Masyarakat kita seolah tak punya rasa risih dengan membuang sampah secara sembarangan. Kemudian dengan beranggapan sepele, tidak menyadari dari smpah yang sedikit kemudian menumpuk yang selanjutnya mengakibatkan banjir bandang, kemudian menyalahkan pemerintah  dan menuntut pemerintah untuk menanggulanginya.
            Jadi sangat pantaslah kita semua menjaga sifat malu karena malu merupakan perilaku yang mulia dan hal yang paling sempurna. Tingkat keimanan juga dapat dibentuk dari rasa malu yang dimiliki oleh seseorang.
          
Rasa malu? Hilangkan atau budayakan?
            Rasa malu mempunyai manfaat yang bisa ditinjau dari dua sisi, yaitu rasa malu bisa menjadi patokan atau batasan tingkah laku kita, sedangkan disisi lain rasa malu akan menghambat kita mendapat ilmu pengetahuan yang baru atau bahkan berkomunikasi dengan orang yang baru. Rasa malu juga bisa menjadi batasan hukum untuk kita. Malu untuk melanggar hukum karena terlalu malu diguncingkan oleh orang lain atau dikucilkan dari masyarakat.
            Namun, kenyatannya Rasa malu masih saja sangat mahal di semua strata. Warga biasa belum merasa malu membuang sampah sembarangan, berkendara sembarangan, dan parkir sembarangan. Di kalangan elite, rasa malu juga masih tertahan di awang-awang. Itulah yang membuat korupsi berbiak, berkembang ke mana-mana, dan terus dilakukan kendati koruptor silih berganti dibekuk dan dibui. Korupsi telah mencengkeram penyelenggara negara mulai level terendah sampai menteri. Mereka yang telah menjadi tersangka kasus korupsi pun tak punya rasa malu. Jangankan mengaku salah, mereka malah gigih mempertahankan kursi kekuasaan dengan berlindung di balik lemahnya undang-undang yang cuma mengharuskan pejabat lepas jabatan setelah ada kekuatan hukum tetap.
            Namun, disisi lain budaya malu juga harus dihilangkan pada saat saat tertentu. Misalnya, Bagi Surya, budaya malu dengan meminta maaf apabila melakukan kekeliruan ialah sebuah kemestian. Kekeliruan merupakan kodrat manusia dan manusia yang bijak harus mau berbesar hati saat melakukan kekeliruan itu. "Saya menekankan untuk jangan mahal dalam mengucapkan kata maaf apabila terdapat kesalahan ataupun kekhilafan. Itu manusiawi. Katakan itu ada kesalahan, kekhilafan, dan perbaiki, agar terdapat tren baru yang positif di negara ini," tegas Surya saat membuka sekolah legislatif Partai NasDem di Jakarta, Minggu (14/9). Kebanyakan masyarakat kita pun terlalu malu untuk menyampaikan pendapatnya, mereka hanya menggunjingkan dibelakang. Dan juga bisa dilihat dari praktek-praktek diskusi, orang-orang yang malu menyampaikan pendapat lebih cenderung pasif dan hanya menggangguk-ngangguk.
            Jadi, sebenarnya kita harus pandai menempatkan rasa malu ini didalam tubuh kita. Kita tidak boleh menghilangkan rasa malu tersebut namun kita juga tidak boleh membiarkan rasa malu tersebut menguasai tubuh kita sepenuhnya.

Cara Memulihkan Budaya Rasa Malu
            Semakin maju sebuah bangsa, semakin kuat budaya malu mereka. Semakin beradab sebuah bangsa, semakin kukuh budaya malu menjadi pijakan mereka dalam kehidupan sehari-hari.Itulah yang secara gamblang ditunjukkan negara-negara maju. Sebaliknya di Indonesia, budaya malu justru menjadi barang yang semakin langka. Budaya malu tidak hanya kian terkikis, bahkan nyaris habis hampir tak tersisa di kehidupan seluruh level masyarakat.Tak terbilang seruan dari sejumlah kalangan agar kita menjadikan budaya malu sebagai panduan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Tetapi seruan tersebut ibarat berteriak di hamparan padang sahara, seruan demi seruan itu hilang begitu saja terbawa angin. Amat sedikit yang mendengarkan dan peduli terhadap seruan tersebut.Rasa malu masih saja sangat mahal di semua lapisan masyarakat Indonesia, baik dari kalangan pejabat tinggi, aparat hokum bahkan masyarakat pada umumnya.
            Akhirnya, kita harus bisa membedakan pada saat kapan kita harus mengontrol rasa malu kita atau pada saat kapan kita harus meninggalkan rasa malu kita. Cara memulihkan budaya rasa malu itu bisa dengan kita mengadakan sosialisasi kepada masyarakat dengan memberi tahu  dampaknya bila tidak adanya budaya malu. Misalnya, Dengan melihat hal kecil yang terjadi sekarang kemudian bisa berefek banyak hal. Dan juga kita harus memilih pemimpin yang mempunyai rasa malu dan dapat mengontrol rasa malu tersebut karena, tindak tanduk masyarakat yang demikian juga menjadi tanggung jawab seorang pemimpin untuk menyadarkan dan melakukan contoh dalam mengubah budaya masyarakat, tentunya andilnya pemimpin dalam menanamkan rasa malu pada masyarakat yang dipimpinnya. Hal ini tidak luput dari penanaman rasa malu pada diri pribadi pemimpin sendiri terlebih dahulu, sebab pemimpinlah yang akan menjadi contoh dan panutan bagi para pengikutnya.
            Rasa malu mesti dimiliki oleh semua pemimpin di negeri ini, karena seseorang yang bersemayam rasa malu pada dirinya, dia tidak akan pernah mau melakukan suatu perbuatan atau tindakan yang memalukan sehingga tindakan yang dilakukan juga akan menjadi contoh untuk pengikutnya. Jadi diperluak seorang pemimpin yang menegakkan budaya malu, malu untuk melakukan hal-hal yang jelas bernialai merugikan diri sendiri, dan juga masyarakat luas. Sehingga dalam hal ini sangat dibutuhkan sekali peranan pemimpin untuk mengubah paradigm budaya yang sudah tidak lagiu dienyahkan oleh masyarakat kebanyakan seperti budaya malu tersebut untuk menyadarkan kepada seluruh masyarakat akan pentingnya memperhatikan hal-hal terkecil yang juga akan berakibnat fatal bagi kehidupan sehari-hari. Masih banyak cara dan meteode ayang dilakukan pemimpin untuk merubah dan membangun pola piker ataupun kesadaran diri masyarakat. Sebab, seorang pemimpinlah yang akan menjadi tonggak dan tumpuan bagi masyarakat sehingga pemimpin akan lebih mudah menghimbau, meminta, dan menanamkan hal-hal yang berkenaan dengan kesadaran diri dalam kehidupan masyarakat, termasuk menanamkan dan melestarikan budaya malu tersebut.
            Dengan demikian budaya malu merupakan satu kearifan timur yang harus dijaga kelestariannya pada jiwa pribadi masing masing pada umumnya, terkhusus pada seorang pemimpin untuk membudayakan hal tersebut kepada masyarakat, banjir, tanh lonsor, kecelakaan lalulintas, kemacetan jalan raya dan yang lainnya yang terjadi di beberapa daerah adalah buh dari hilangnya rasa malu dalam pribadi masyarakat, hal ini tentunya menjadi tanggung jawab seorang pemimpin atau stoke holder yang ada dalam lingkungan masyarakat untuk menamnamkan kesadaran diri dan melestarikan beudaya malu tersebut. Peranan pemimpin dalam suatu masyarakat merupakan sub pokok untuk merubah paradigm berfikir masyarakat, sehingga sikap pemimpin untuk merubah dan mengarahkan masyarakat dalam menanamkan budaya malu tesebut sangat dibutuhkan untuk menciptakan masyarakat yang harmonis, yang dinamis, aman, nyaman, dan tentram, bebas dari banjir, bau busuk sampah, dan kisruhnya lalu lintas. Venomena seperti ini merupakan satu venomena karena tertanamnya budaya malu dalam diri masyarakat dan lahirnya kesadaran dari pada masyarakat untuk menjaga diri dan lingkungan sekitarnya. Malu jika melanggar lalulintas, malu jika membuang sampah sembarangan, malu jika dirinya melakukan kesalahan dan malu jika dirinya tidak berbuat sedikitpun untuk Indonesia.




 Referensi

Dr. J. F. Shipley, Rasa Malu Sebagai Hambatan Kemajuan:Kanisius
Budiman Hakim, Lenturan tapi Relevan: Galangpress Group
Dr. Marzuki, M. Ag, Pudarnya Budaya Malu

Yesmil Anwar, Adang, Pembaruan Hukum Pidana:Grasiondo(2008)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar